Tidak semua pemerintah di dunia ini menghadapi masalah yang sama. Jepang dan Yunani mempunyai jumlah perokok dewasa terbanyak di dunia, tetapi mempunyai jumlah terkecil penderita kangker paru-paru.
Sebaliknya, Amerika , Australia, Rusia, dan beberapa kepulauan Pasifik Selatan memiliki jumlah terkecil perokok dewasa di dunia, tetapi memiliki jumlah tertinggi penderita kangker paru-paru.
Ini adalah petunjuk utama dalam membongkar kebohongan kedokteran barat yang mustahil tapi sudah berakar, bahwa "merokok menyebabkan kangker paru-paru".
Kontak pertama orang Eropa dengan tembakau terjadi tahun 1492 ketika Columbus dan rekan petualangnya, Rodriguo de Jerez, melihat penduduk asli merokok di Kuba.
Pada hari itu juga de Jerez pertama kalinya mengisap rokok dan dia sangat merasa relaks, sebagaimana penduduk setempat meyakinkannya. Peristiwa ini menjadi penting, sebab de Rodriguo de Jerez menemukan apa yang yang sudah dikenal orang Kuba dan Amerika selama berabad-abad bahwa merokok cerutu dan sigaret tidak hanya membuat relaks, tapi juga menyembuhkan batuk-batuk dan penyakit-penyakit ringan lainnya.
Ketika dia pulang ke negerinya, dengan bangganya de Jerez merokok cerutunya di jalan, dan akibatnya diapun segera ditangkap dan dipenjarakan selama tiga tahun oleh Pengadilan Spanyol yang mengerikan itu. Jadi, de Jerez adalah korban pertama lobi anti-merokok.
Dalam kurun waktu kurang dari setengah abad, merokok menjadi kebiasan yang amat disenangi dan diterima oleh masyarakat di seluruh Eropa. Ribuan ton tembakau diimpor dari berbgai koloni buat memenuhi kebutuhan yang jumlahnya meningkat.
Sejumlah penulis memuji tembakau sebagai obat universal untuk penyakit-penyakit manusia. Pada awal abad 20 hampir setiap satu dari dua orang adalah perokok, tetapi jumlah penderita kangker pariu-paru tetap rendah, sehingga hampir dapat diabaikan.
Kemudian terjadi sesuatu yang luar biasa pada 16 Juli 1945, sebuah peristiwa perubahan besar yang ahirnya akan menyebabkan banyak pemerintahan barat untuk mengubah persepsi tentang merokok selamanya, sebagaimana dikemukakan oleh K. Greisen :
"Ketika intensitas sinar itu berkurang, saya simpan gelas minum dan langsung melihat ke menara. Saat-saat itulah saya melihat warna biru mengelilingi awan asap. Kemudian, seseorang berteriak agar kami sebaiknya memperhatikan gelombang kejut yang bergerak di atas tanah. Kemunculannya berupa area melingkar yang bersinar terang dekat dengan tanah, yang pelan-pelan menyebar ke arah kami. Warnanya kuning. Permanennya awan asap itu adalah satu hal yang mengejutkan saya. Sesudah ledakan pertama yang cepat itu, bagian bawah awan tersebut terlihat membuat sebuah bentuk yang tetap dan terus tergantung di udara tanpa bergerak. Sementara itu, bagian atasnya terus naik, sehingga sesudah beberapa menit, bagian ini mencapai ketingian lima mil. Lama-lama, bagian atas ini bentuknya berkelok-elok yang disebabkan oleh velositas angin yang berubah-ubah pada ketinggian yang berbeda. Asap itu sudah menembus awan pada saat awal naiknya asap, dan terlihat tidak terpengaruh sama sekali oleh awan itu".
Peristiwa jelek ini dikenal dengan ‘Trinity Test' (Tes Trinitas), senjaja nuklir pertama yang kotor ini yang diledakkan di atmosfir. Dengan enam kilogram plutonium yang dipadatkan luar biasa oleh lensa-lensa peledak, Trinitas meledak di atas New Mexico dengan kekuatan mendekati 20.000 ton TNT. Dalam hitungan detik saja, milyaran partikel radio aktif yang mematikan itu tersebar di atmosfir sampai ketinggian enam mil, yang dapat disebarkan pesawat-pesawat jet berkecepatan tingi ke mana-mana.
Pemerintah Amerika sudah tahu tentang radiasi ini terlebih dahulu dan sadar betul akn pengaruh lethal terhadap manusia, tetapi dengan naifnya memerintahkan uji coba itu tanpa memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan sama sekali.
Di mata hukum, tindakan ini adalah pelanggaran besar yang jelas salah, namun Pemerintah AS tidak peduli. Cepat atau lambat, mereka akan menemukan seorang penjahat lainnya untuk dampak jangka panjang yang akan diderita oleh rakyat Amerika sendiri dan warga negara lainnya di darerah-daerah setempat dan terpencil.
Jika sebutir partikel radio aktif mikroskopis mengenai kulit Anda di pantai, maka Anda akan terkena kangker kulit. Coba saja hisap sebutir partikel kotoran yang sama dengan lethal , maka kematian akibat kangker paru-paru tidak dapat dihindari, jika Anda bukan seorang perokok sigaret yang luar biasa beruntung.
Partikel radio aktif mikroskopis padat mengubur dirinya sendiri jauh di dalam jaringan paru-paru, membanjiri persediaan vitamin B 17 yang terbatas dalam tubuh, dan menyebabkan pertambahan sel yang menjadi-jadi serta tidak dapat dikendalikan.
Bagaimana kita bisa sepenuhnya yakin bahwa partikel radio aktif yang turun ke tanah itu benar-benar menyebabkan kangker paru-paru setiap saat seorang subjek secara internal terkontaminasi? Bagi para ilmuan, yang sebaliknya dengan dukun-dukun medis dan para propagndis pemerintah, hal ini bukanlah masalah.
Bagi teori apapun yang dapat diterima secara ilmiah, teori itu harus dibuktikan sesuai dengan kaidah-kaidah yang tepat yang secara universal disepakati para ilmuwan. Pertama, subjek tersangka radio aktif harus diisolasikan, kemudian digunakan dalam eksperimen-eksperimen lab yang dikedalikan dengan tepat untuk ahirnya mencapai hasil yang dikalaim, misalnya kangker paru-paru pada mamalia.
Melalui prosedur ini, para ilmuwan sudah mengorbankan puluhan ribu tikus dan wirog selama bertahun-tahun, yang dengan sengaja mendedikasikan paru-paru mereka kepada partikel radio aktif. Hasil-hasil penelitian ilmiah dari berbagai jenis eksperimen yang didokumentasikan ternyata persis sama.
Setiap tikus atau wirog dengan setia menderita kangker paru-paru, dan kemudian setiap tikus atau wirog mati. Jadi, teori sudah disesuaikan dengan fakta ilmiah yang kuat dibawah kaidah-kaidah lab yang dikendalikan secara ketat. Subjek tersangka (materi radio aktif) menyebabkan hasil yang diklaim (kangker paru-paru) ketika dihisap oleh mamalia.
Sumber : http: www./joevialls.co.uk/transpositions/smoking.html 4/30/2004
Diterjemahkan oleh : akhirzaman.info
--- oOo ---