"Makanlah makanan 4 sehat 5 sempurna, supaya Anda tetap sehat”. Itulah slogan pola makan yang selama ini kita usung.
Sepintas memang benar bahwa makanan 4 sehat 5 sempurna yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan susu mengandung gizi yang lengkap.
Namun, apakah slogan tersebut masih mencukupi dan benar-benar menyehatkan bagi kehidupan kita sekarang ini ? Mari kita simak pembahasan berikut ini...
Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Tubuh kita diatur oleh sistem yang sempurna, yang disebut homeostasis, yang pusatnya berada di hipotalamus. Semua sistem tubuh saling berhubungan, satu sehat yang lain juga sehat, satu sakit yang lain juga ikut merasakan imbasnya. Semua bagian sistem tubuh tersebut bekerja sesuai fungsinya masing-masing, tetapi mereka harus punya “bensin” dulu supaya bisa bekerja. “Bensin” inilah yang memegang kunci vital seluruh sistem tubuh, dan “bensin” ini disebut ENZIM.
Makanan dengan gizi seimbang pun tidak akan ada gunanya bagi tubuh jika enzim tubuh kurang atau tidak bekerja optimal. Pada fitrahnya, enzim sudah terdapat pada tubuh, walaupun jumlahnya berbeda-beda tiap orang. Tetapi enzim ini mudah rusak oleh pola hidup yang tidak sehat, pola hidup yang banyak mendatangkan radikal bebas.
Makanan yang kita pandang sehat sekarang ini harus kita tinjau kembali, apakah makanan yang kita makan masih mengandung enzim yang sangat dibutuhkan tubuh kita? Karena mungkin kita sekarang ini merasa sehat wal afiat, tetapi sebenarnya kita terus menerus mengumpulkan racun dalam tubuh, dan kita tinggal menunggu waktu dimana bom racun itu meledak, sehingga kita baru sadar kalau selama ini kita tidak sehat. Apakah kita tahu kondisi lambung & usus kita sekarang? Ingat, keduanya adalah sumber kita sehat/sakit.
Kita tak bisa lagi mengatakan “Ayo makan sayur dan buah supaya dapat vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh”. Buah dan sayur melimpah di negara kita, tapi seringkali kekurangan gizi penting yang dulu mereka kandung. Apa penyebabnya? Antara lain adalah penggunaan pupuk kimia dan pestisida sewaktu menanamnya. Tidak hanya itu, globalisasi juga telah memaksa supaya buah dan sayur segar bisa dikirim ke seantero dunia, akibatnya mereka mengembangkan teknologi, membiakkan galur-galur tumbuhan yang tahan penyok dan tetap terlihat segar sepanjang perjalanan. Tumbuhan seperti itu terlihat bagus waktu dibeli, tapi tak punya rasa atau nilai gizi buah dan sayur segar sejati. Teknologi juga telah menciptakan makanan produksi massal, dengan penambahan zat pengawet, pemanis buatan, gula, lemak buatan (trans), teknologi ultra high temperature (UHT), yang hasilnya adalah makanan praktis, murah, dan kadang rasanya membuat kecanduan, sehingga kita makan makanan yang banyak kalori tetapi hampa gizi, gizi yang sangat diperlukan tubuh.
Seperti halnya produk pertanian yang dipaksa menghasilkan panen melimpah dalam waktu singkat dengan penggunaan pupuk kimia dan pestisida, produk susu pun sama saja. Susu sapi segar yang pada awalnya bergizi tinggi, sekarang bisa jadi tidak lagi. Sapi-sapi perahan dipaksa menghasilkan susu melimpah terus menerus dengan penggunaan suntikan hormon. Akibatnya, hormon itu pun masih terkandung dalam susu yang selama ini kita minum, terutama oleh anak-anak kita. Itulah mengapa sekarang ini banyak anak-anak terlihat dewasa sebelum umur. Belum lagi dalam proses pengolahannya, yang melibatkan panas berlebihan (UHT), sudah pasti susu tersebut tidak lagi mengandung enzim, karena enzim adalah senyawa yang mudah rusak oleh panas.
Tidak hanya makanan, pola hidup modern yang penuh persaingan ini membawa dampak yang banyak merugikan tubuh. Kebiasaan merokok, stress emosional, perasaan iri/dengki, marah, buruk sangka, semuanya memicu timbulnya radikal bebas dalam tubuh yang mampu mendatangkan penyakit-penyakit serius. Jika tubuh tidak cukup mampu menetralisir radikal-radikal bebas tersebut, maka bukan tidak mungkin kita adalah calon pengidap penyakit kanker, walaupun makanan kita 4 sehat 5 sempurna.
Makanan dan pola hidup sehat yang benar adalah mampu memasok sesuatu yang paling dibutuhkan tubuh guna menjaga keseimbangannya, yaitu ENZIM. Makanan kita harus mengandung enzim dan pola hidup kita haruslah yang menjaga agar enzim tubuh bekerja optimal. Bagaimana hal itu bisa kita dapatkan?
Mampukah kita melakukan itu semua ?
Sudah bisa dipastikan bahwa jawabannya adalah “tidak mampu”. Banyak penyebab yang tak bisa kita hindari, antara lain: makanan organik harganya mahal, tidak terjangkau oleh semua kalangan, belum lagi gaya hidup yang menuntut kepraktisan, karena pola pikir “waktu adalah uang”, tuntutan persaingan yang tinggi dan membuat saraf senantiasa tegang. Lalu bagaimana solusinya?
Satu-satunya solusi yang masih bisa ditempuh adalah konsumsilah nutrisi tambahan yang kaya enzim, yaitu BioJANNA.
BioJANNA adalah nutrisi hasil fermentasi yang mengandung Lactobacillus sp. dalam jumlah yang melimpah.
Dalam proses fermentasi inilah dihasilkan banyak enzim yang dibutuhkan tubuh, selain juga vitamin dan mineral. Setelah kita minum, bakteri Lactobacillus sp. ini pun akan melakukan fermentasi dilingkungan usus dan menghasilkan enzim pula. Enzim-enzim ini kemudian diubah menjadi peptida dan asam amino, untuk selanjutnya disusun lagi menjadi enzim yang dibutuhkan tubuh, misalnya ketika makan, tubuh kita membutuhkan lebih banyak enzim pencernaan, ketika banyak racun/sampah dalam tubuh, yang lebih dibutuhkan adalah enzim detoksifikasi, dan seterusnya.
Jadi sesuai teori pakar enzim Hiromi Shinya, enzim dari makanan yang kita konsumsi ini menjadi enzim pangkal (source enzyme) yang sangat vital bagi tubuh. Bakteri Lactobacillus sp. juga akan mengaktifkan kerja sel-sel imun sehingga kita tidak gampang sakit, mengoptimalkan sel-sel mitokondria dalam mengubah makanan menjadi energi sehingga kita senantiasa penuh vitalitas.
“Mari menjaga kesehatan kita dengan BioJANNA... sehat dari rumah lebih baik dari pada sehat dari rumah sakit”. Wallahu a’lam bish showab.
Sepintas memang benar bahwa makanan 4 sehat 5 sempurna yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan susu mengandung gizi yang lengkap.
Namun, apakah slogan tersebut masih mencukupi dan benar-benar menyehatkan bagi kehidupan kita sekarang ini ? Mari kita simak pembahasan berikut ini...
Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Tubuh kita diatur oleh sistem yang sempurna, yang disebut homeostasis, yang pusatnya berada di hipotalamus. Semua sistem tubuh saling berhubungan, satu sehat yang lain juga sehat, satu sakit yang lain juga ikut merasakan imbasnya. Semua bagian sistem tubuh tersebut bekerja sesuai fungsinya masing-masing, tetapi mereka harus punya “bensin” dulu supaya bisa bekerja. “Bensin” inilah yang memegang kunci vital seluruh sistem tubuh, dan “bensin” ini disebut ENZIM.
Makanan dengan gizi seimbang pun tidak akan ada gunanya bagi tubuh jika enzim tubuh kurang atau tidak bekerja optimal. Pada fitrahnya, enzim sudah terdapat pada tubuh, walaupun jumlahnya berbeda-beda tiap orang. Tetapi enzim ini mudah rusak oleh pola hidup yang tidak sehat, pola hidup yang banyak mendatangkan radikal bebas.
Makanan yang kita pandang sehat sekarang ini harus kita tinjau kembali, apakah makanan yang kita makan masih mengandung enzim yang sangat dibutuhkan tubuh kita? Karena mungkin kita sekarang ini merasa sehat wal afiat, tetapi sebenarnya kita terus menerus mengumpulkan racun dalam tubuh, dan kita tinggal menunggu waktu dimana bom racun itu meledak, sehingga kita baru sadar kalau selama ini kita tidak sehat. Apakah kita tahu kondisi lambung & usus kita sekarang? Ingat, keduanya adalah sumber kita sehat/sakit.
Kita tak bisa lagi mengatakan “Ayo makan sayur dan buah supaya dapat vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh”. Buah dan sayur melimpah di negara kita, tapi seringkali kekurangan gizi penting yang dulu mereka kandung. Apa penyebabnya? Antara lain adalah penggunaan pupuk kimia dan pestisida sewaktu menanamnya. Tidak hanya itu, globalisasi juga telah memaksa supaya buah dan sayur segar bisa dikirim ke seantero dunia, akibatnya mereka mengembangkan teknologi, membiakkan galur-galur tumbuhan yang tahan penyok dan tetap terlihat segar sepanjang perjalanan. Tumbuhan seperti itu terlihat bagus waktu dibeli, tapi tak punya rasa atau nilai gizi buah dan sayur segar sejati. Teknologi juga telah menciptakan makanan produksi massal, dengan penambahan zat pengawet, pemanis buatan, gula, lemak buatan (trans), teknologi ultra high temperature (UHT), yang hasilnya adalah makanan praktis, murah, dan kadang rasanya membuat kecanduan, sehingga kita makan makanan yang banyak kalori tetapi hampa gizi, gizi yang sangat diperlukan tubuh.
Seperti halnya produk pertanian yang dipaksa menghasilkan panen melimpah dalam waktu singkat dengan penggunaan pupuk kimia dan pestisida, produk susu pun sama saja. Susu sapi segar yang pada awalnya bergizi tinggi, sekarang bisa jadi tidak lagi. Sapi-sapi perahan dipaksa menghasilkan susu melimpah terus menerus dengan penggunaan suntikan hormon. Akibatnya, hormon itu pun masih terkandung dalam susu yang selama ini kita minum, terutama oleh anak-anak kita. Itulah mengapa sekarang ini banyak anak-anak terlihat dewasa sebelum umur. Belum lagi dalam proses pengolahannya, yang melibatkan panas berlebihan (UHT), sudah pasti susu tersebut tidak lagi mengandung enzim, karena enzim adalah senyawa yang mudah rusak oleh panas.
Tidak hanya makanan, pola hidup modern yang penuh persaingan ini membawa dampak yang banyak merugikan tubuh. Kebiasaan merokok, stress emosional, perasaan iri/dengki, marah, buruk sangka, semuanya memicu timbulnya radikal bebas dalam tubuh yang mampu mendatangkan penyakit-penyakit serius. Jika tubuh tidak cukup mampu menetralisir radikal-radikal bebas tersebut, maka bukan tidak mungkin kita adalah calon pengidap penyakit kanker, walaupun makanan kita 4 sehat 5 sempurna.
Makanan dan pola hidup sehat yang benar adalah mampu memasok sesuatu yang paling dibutuhkan tubuh guna menjaga keseimbangannya, yaitu ENZIM. Makanan kita harus mengandung enzim dan pola hidup kita haruslah yang menjaga agar enzim tubuh bekerja optimal. Bagaimana hal itu bisa kita dapatkan?
- Makanlah makanan yang ditanam secara organik, bebas pupuk kimia dan pestisida, contoh: beras organik, sayur organik, buah segar musiman yang ditanam sendiri.
- Hindari mengolah makanan secara berlebihan, lebih baik mengukusnya atau menumis dalam waktu singkat.
- Hindari makanan siap saji, makanan kaleng, makanan instan, camilan karena banyak mengandung zat tambahan makanan yang sukar dicerna oleh tubuh.
- Selalu bersyukur, berpikir positif dan berlapang dada dalam menjalani hidup.
Mampukah kita melakukan itu semua ?
Sudah bisa dipastikan bahwa jawabannya adalah “tidak mampu”. Banyak penyebab yang tak bisa kita hindari, antara lain: makanan organik harganya mahal, tidak terjangkau oleh semua kalangan, belum lagi gaya hidup yang menuntut kepraktisan, karena pola pikir “waktu adalah uang”, tuntutan persaingan yang tinggi dan membuat saraf senantiasa tegang. Lalu bagaimana solusinya?
Satu-satunya solusi yang masih bisa ditempuh adalah konsumsilah nutrisi tambahan yang kaya enzim, yaitu BioJANNA.
BioJANNA adalah nutrisi hasil fermentasi yang mengandung Lactobacillus sp. dalam jumlah yang melimpah.
Dalam proses fermentasi inilah dihasilkan banyak enzim yang dibutuhkan tubuh, selain juga vitamin dan mineral. Setelah kita minum, bakteri Lactobacillus sp. ini pun akan melakukan fermentasi dilingkungan usus dan menghasilkan enzim pula. Enzim-enzim ini kemudian diubah menjadi peptida dan asam amino, untuk selanjutnya disusun lagi menjadi enzim yang dibutuhkan tubuh, misalnya ketika makan, tubuh kita membutuhkan lebih banyak enzim pencernaan, ketika banyak racun/sampah dalam tubuh, yang lebih dibutuhkan adalah enzim detoksifikasi, dan seterusnya.
Jadi sesuai teori pakar enzim Hiromi Shinya, enzim dari makanan yang kita konsumsi ini menjadi enzim pangkal (source enzyme) yang sangat vital bagi tubuh. Bakteri Lactobacillus sp. juga akan mengaktifkan kerja sel-sel imun sehingga kita tidak gampang sakit, mengoptimalkan sel-sel mitokondria dalam mengubah makanan menjadi energi sehingga kita senantiasa penuh vitalitas.
“Mari menjaga kesehatan kita dengan BioJANNA... sehat dari rumah lebih baik dari pada sehat dari rumah sakit”. Wallahu a’lam bish showab.
Esti Ummu Najwa, S.Farm., Apt